This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 16 Oktober 2012

pengawet makanan


Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsibahan makanan.
tujuan
Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah. Namun bahan-bahan tersebut ada yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi atau benturan. Contohnya lemak menjadi tengik karena mengalami reaksi oksidasi radikal bebas. Untuk menangani hal tersebut, manusia melakukan pengawetan pangan, sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan batas kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan. Selain itu, pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dan sebagainya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.
Cara
Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara garis besar ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia
Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya adalah:
§  pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin danprotein.
§  pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
§  kering dingin.
§  pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
§  pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
§  pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
§  pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
§  Tenaga Pikiran dapat dilakukan untuk membunuh mikroorganisme dan mencegah terjadinya pembusukan
§  Berlari secara Aerodinamis dapat dilakukan dengan mengangkat tangan dan memiringkan telapak kita searah dgn arah lari kita, dengan begitu akan mempersempit luas area yg terkena gesekan angin dan membuat lari kita lebih cepat.
§  pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
§  pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
§  Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia
Biologi dan kimia
Pengawetan makanan secara biologi dan kimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti:
§  penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
§  penambahan bahan kimia, misalnya asam sitratgaramgula.
§  pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
§  pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
§  pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.

 

Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:
§  Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
§  Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama
§  Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba.Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untukantimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik. Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah
1.     mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
2.     mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
3.     menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
4.     membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.


Minggu, 07 Oktober 2012

pemeriksaan protein


KJELDAHL

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SOdan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
%N = × N. NaOH × 14,008 × 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
%N = × N.HCl × 14,008 × 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.

lemak



Telah dilakukan penelitian terhadap kadar asam lemak bebas pada Minyak Goreng Curah dan Kelapa di Pasar Tradisional Modern dengan metode Alkalimetri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas pada Minyak Goreng Curah dan Kelapa. Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Asam lemak bebas adalah hasil dari hidrolisa lemak netral (tg) oleh semua enzim yang termasuk golongan lipase, dimana enzim yang dapat menghidrolisa lemak ini terdapat dalam lemak hewani dan nabati yang berada dalam jaringan. Desain penelitian mengunakan metode deskriftif observasi. Sampel diambil 3 macam dari minyak goreng curah dan 3 macam dari minyak goreng kelapa. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Pemeriksaan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan membandingkan hasil dari percobaan yang dilakukan dengan rumus % FFA. Hasil pemeriksaan kadar asam lemak bebas terhadap 3 macam minyak goreng kelapa pada sampel A1 didapat hasil 0,2% FFA, A2 didapat hasil 0,22% FFA, dan A3 didapat hasil 0,24% FFA dan minyak goreng curah pada sampel B1 didapat hasil 0,4608% FFA, B2 didapat hasil 0,512% FFA, dan B3 didapat hasil 0,4352% FFA.
Kata Kunci : Minyak Goreng Curah, Minyak Goreng Kelapa, Alkalimetri
http://lubmazresearch.wordpress.com


Dengan etanol
Cara Kerja :
- Masukkan 5 ml etanol pada tabung reaksi
- Masukkan 2 tetes larutan bahan makanan yang akan diuji
- Tuangkan larutan bahan makanan dan etanol ini ke dalam tabung reksi yang berisi 5 ml air
Catatan : Jika terbentuk emulsi putih keruh berarti bahan makanan yang diuji mengandung lemak


Uji Lemak
Dengan kertas koran (boleh pakai kertas biasa)
Cara Kerja :
- Teteskan larutan yang akan diuji pada kertas koran
- Amati warna pada kertas koran
Catatan : Jika warna kertas tampak buram atau jadi transparan , berarti bahan makanan tersebut mengadung lemak

Dengan etanol
Cara Kerja :
- Masukkan 5 ml etanol pada tabung reaksi
- Masukkan 2 tetes larutan bahan makanan yang akan diuji
- Tuangkan larutan bahan makanan dan etanol ini ke dalam tabung reksi yang berisi 5 ml air
Catatan : Jika terbentuk emulsi putih keruh berarti bahan makanan yang diuji mengandung lemak



Uji kandungan lemak
Langkah kerja dan hasil pengamatan
Kesimpulan
Kertas saring / kertas buram
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQPdNouLT_8h4VOJV_mhtfFThHfu1lNJp9UoyOLhaLtMQ3dgZR5qcTxKoOMGOxkCylMlJ-RJiDxC_XkotNz2RiPPh3O_dtwVJgUuDZCaHFMH27fG_ipwfbKpZJ_YTg2djWFqUHkBaAjac/s320/uji+lemak+1.bmp
Langkah kerja:
Teteskan 3 tetes minyak di atas kertas saring
Hasil pengamatan:
Kertas saring menjadi transparan
Timbulnya transparan pada kertas menunjukkan adanya kandungan lemak dalam minyak
Sudan III
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO5H4lqzE8Bx_CciEfjPR12wiib-rPRP7yaOGm7EBoXWu4ZYu8NCzqEbNOKcaQpc6K4XyG6B1l24m5Sh6PJhTfnTKbiCLEGcqLGeeUbFr1PeVA3eZLlpqUKllF5aiKydJeBRAQYMMjiwg/s320/uji+lemak+2.bmp
Langkah Kerja:
Tambahkan 2 ml larutan sudan III kedalam larutan minyak.
Hasil pengamatan:
Terbentuk lapisan berwarna merah pada permukaan larutanDescription: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP-W44tNwv95C2lj07PBgJGZYTuFxa6M3hBh_vGXX37-dxHdExgy4fVgWDOeXIti0cHO8jh-M-40F_UwhVdvObYxHi4WuL9mgUiSYX4yBNGzyq979D1_qDPKA8qSKz6fE4QjUAfy2P1jw/s320/hasil+sudan+III.bmp
Lapisan berwarna merah pada permukaan larutan menunjukkan kandungan lemak dalam larutan

`

Senin, 10 September 2012

pemeriksaan gula reduksi

Gula reduksi

Pengertian Karbohidrat
adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. contoh; glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa (C6H10O5)n. Rumus umum karbohidrat Cn(H2O)m. Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid ataupolihidroksiketon. Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksi aldehid karena mempunyai satu gugus aldehid da 5 gugus hidroksil (OH).

  Klasifikasi Karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok;
1. monosakarida, yi terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
 2. disakarida, yi senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
 3. polisakarida, yi senyawa yg terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yg banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.

 Fungsi Bagi manusia;
sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai cadangan makanan, sellulosa sbg pembentuk kerangka bagi tumbuhan. Tumbuhan mendapat amilum dan selulosa dari glukosa. Glukosa dihasilkan pada fotosintesis 

Beberapa monosakarida penting
Glukosa
Glukosa disebut juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula darah karena terdapat dalam darah atau dekstrosa karena memutarkan bidang polarisasi kekanan. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting yaitu amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik terbanyak. terdapat pada hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa.
 Fruktosa
Fruktosa terdapat dalam buah2an, merupakan gula yang paling manis. Bersama2 dengan glukosa merupakan komponen utama dari madu. Larutannya merupakan pemutar kiri sehingga fruktosa disebut juga levulosa. Ribosa dan 2-deoksiribosa
Ribosa da 2-deoksiribosa adalah gula pentosa yg membentuk RNA dan DNA. 

Sifat2 monosakarida 
1. semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air.
 2. larutannya bersifat optis aktif.
 3. larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami perubahan sudut putaran disebut mutarrotasi.
 4. contoh larutan alfaglukosa yang baru dibuat mempunyai putaran jenis + 113` akhirnya tetap pada + 52,7`.
 5. umumnya disakarida memperlihatkan mutarrotasi, tetapi polisakarida tidak.
 6. semua monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula pereduksi.

 Identifikasi monosakarida 
1. uji umum utk karbohidrat adalah uji Molisch. bila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftol, kemudian H2SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.
 2. gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dg pereaksi Fehling atau Bennedict. Gula pereduksi bereaksi dg pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain Pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dg pereaksi Tollens. 3. reaksi Seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih tua
. O O ║ ║ C H C OH │ │ (CHOH)4 + 2CUO (CHOH)4 + CU2O↓ │ Fehling │ cermin tembaga CH2OH CH2OH Glukosa as. glukonat

 Pengujian karbohidrat dengan metode luff schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl
PENETAPAN KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlasagisora. glukosa sukrosa sakarosa maltosa . glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl Luff Schoorl « Queen Of Sheeba's Weblog 16 Nov 2009 metode panduan langkah langkah prosedur ratu belqis Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan metode panduan langkah langkah prosedur komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang dipermetode panduan langkah langkah prosedur dibedakan metode panduan langkah langkah prosedur pebuatan gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlqueenofsheeba.wordpress. glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl - Telusuran lainnya dari Queen Of Sheeba's Weblog pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl catatan: polihidroksi keton 15 Okt 2010 metode panduan langkah langkah prosedur m.ali musthofa Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode… Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlmalimusthofa. glukosa sukrosa sakarosa maltosa . glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl Tiva Chem Chem: Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat gula pe-reduksi 29 Okt 2010 metode panduan langkah langkah prosedur Yaktiva Dwi Purnama Pada penentuan karbohidrat dengan metode Luff Schoorl, yang ditentukan bukan Cu2O yang mengendap tapi dengan menggunakan CuO dalam larutan yang belum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorltivachemchem. glukosa sukrosa sakarosa maltosa . glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl hana's Site - Luff Schoorl 29 Jun 2009 Sapa tuh Luff Schoorl??? Gw jg ga tau sapa ni orang sebenarnya. Tapi yang pasti gara-gara nih orang gw kelimpungan jungkir balik nyari tinpus tentang metode Luff Schoorl. Yang pernah percobaan bwat nyari kandungan pati atopun gula gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlsaintefleur.multiply. glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorlblog - Telusuran lainnya dari hana's Site pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl thata's zone: Penentuan Kharbohidrat 29 Mei 2010 metode panduan langkah langkah prosedur thata zone Metode penetapan secara kimia meliputi: luff schoorl , munson-walker, lane eynon , nelson-somogy , Oksidasi ferri ,Iodometri (Sukatiningsih, 2010). Analisa karbohidrat dapat dilakukan terhadap kandungan total karbohidrat gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorleremjezone. glukosa sukrosa sakarosa maltosa . glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl Karya Ilmiah: Tugas Akhir Teknik Kimia PNL Thn 2009 30 Okt 2010 metode panduan langkah langkah prosedur Teuku Maulana Metode yang digunakan yaitu dengan cara pengecilan ukuran, blansing, pengeringan, penggilingan dan pengayakan. Hasil yang didapat yaitu 106 gr untuk waktu blansing 5 menit, 108 gr untuk waktu 10 menit, 107 gr untuk waktu 15 gula pe-reduksi.. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 ml lalu impitkan higga tanda garis; Pipet 10 ml saringan kedalam erlemeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff-schoorl (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air suling. gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlmolana88. glukosa sukrosa sakarosa maltosa . glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl Analisa Gula Pada Jeruk Siam dan Sunkis « HIMPUNAN MAHASISWA BAHAN gula pe-reduksi 24 Jul 2009 metode panduan langkah langkah prosedur himabatpl08 Pada makalah ini metode yang digunakan adalah metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlhimabatpl08.wordpress. glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl Analisis Karbohidrat « Food for Healthy 10 Okt 2008 metode panduan langkah langkah prosedur food4healthy gini pernah dngr g tentng metode knight dan allen,metode berlin institute, metode lane eynon,metode luff schoorl smuanya untk mneliti yg berhubungn dgn sifat mereduksi gula invert dlm sukrosa,kl mas tau bisa di jelasin, gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlfood4healthy.wordpress. glukosa sukrosa sakarosa maltosa Luff Schoorl - Referensi pengujian kadar karbohidrat dengan metode Luff Schoorl PENGARUH PERLAKUAN UAP PANAS, PEREBUSAN, DAN PERENDAMAN TERHADAP gula pe-reduksi 23 Sep 2007 metode panduan langkah langkah prosedur Administrator Serbuk contoh selanjutnya dianalisis kadar patinya dengan metode Luff Schoorl. Selain itu, dilakukan juga pengukuran kadar gula total dalam larutan sisa perendaman (Luff Schoorl), kadar air (ASTM D 2016-74), kelarutan dalam gula pe-reduksi karbohidratLuff SchoorlLuff Schoorlbiomaterial-lipi.orgLuff SchoorldhyyLuff Schoorl 

 PENETAPAN KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL

PENDAHULUAN

Latar Belakang
 Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n. Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai sumber kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno 2007). Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut : R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I- Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009). Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.

 Tujuan Praktikum
 penetapan kadar karbohidrat bertujuan mengukur kadar gula dengan metode Luff Schoorl

 METODOLOGI
 Waktu dan Tempat Praktikum penetapan kadar protein dilaksanakan hari Kamis tanggal 1 April 2010, jam 13.00 hingga 16.00 WIB. Pelaksanaan praktikum di Laboratorium Analisis Zat gizi makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. 

 Alat dan Bahan
 Alat-alat yang digunakan adalah labu takar, pipet tetes, erlenmeyer, buret, gelas ukur, kertas saring. Selanjutnya, bahan-bahan yang digunakan adalah Pb Asetat setengah basa, Na2HPO4 10 %, KI 30 %, H2SO4 25 %, Na2S2O3 0,1 N, larutan Luff, aquades, indikator PP.

 Prosedur Kerja
 Contoh sebanyak 5-10 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml serta ditambah air aquades hingga tanda tera. ↓ Disaring dan dipipet 50 ml filtratnya, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml. Ditambahkan 10 ml Pb asetat setengah basa kemudian dikocok. Dites dengan tetesan larutan Na2HPO4 10 %. Bila timbul endapan putih berarti sudah cukup. ↓ Ditambahkan air hingga tanda tera, dikocok dan dibiarkan sekitar 30 menit dan kemudian disaring. Sebelum terjadi Inversi Filtrat sebanyak 10 ml dipipet ke dalam labu erlenmeyer 500 ml bertutup asah. Ditambahkan 15 ml air , dan 25 ml larutan luff. ↓ Dipanaskan selama 2 menit sampai mendidih dan didihkan terus selama 10 menit dengan nyala kecil. Diankat dan didinginkan cepat. ↓ Setelah dingin ditambahkan 10-15 ml KI 30 % dan 25 ml H2SO4 25 % dengan pelan-pelan. ↓ Dititrasi dengan larutan tio 0,1 N dan larutan kanji 0,5 % sebagai indikator setelah larutan menjadi berwarna putih kekuningan. Setelah terjadi inversi Filtrat sebanyak 50 ml dipipet dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 5 ml HCL 25 % kemudian labu dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 60-70 0C. ↓ Dibiarkan selama 10 menit agar menginversi gula-gula. ↓ Diangkat dan didinginkan, ditambahkan NaOH 30 % hingga merah jambu ↓ Tepatkan hingga tanda tera dan kocok secukupnya. ↓ Dipipetkan 10 ml larutan ini dan tetapkan gula sesudah inversi dengan cara di atas. Dari selisih kedua penitaran dapat diahitung jumlah glukosa fruktosa atau gula invert dengan menggunakan daftar.

 TINJAUAN PUSTAKA
 Gula Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997). Inversi Sukrosa Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5) (Winarno 2007). Luff Schoorl Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Anonim 2010). Gula Pereduksi Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991 dalam Swantara 1995).

 HASIL DAN PEMBAHASAN 
 Praktikum kali ini dilakukan untuk menetapkan kadar sukrosa pada berbagai jenis cairan yang mengandung gula dengan menggunakan metode luff schoorl. Jenis cairan yang digunakan pada percobaan ini adalah Buavita rasa apel. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997). Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Anonim 2010). Penetapan kadar sukrosa pada Buavita dengan metode ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pengukuran kadar gula sebelum inversi dan sebelum inversi. Pada percobaan ini diambil sampel sebanyak 5 gram. Adapun hasil percobaan penetapan kadar sukrosa pada Buavita dapat dilihat dalam tabel 2. Tabel 1 Hasil Percobaan Penetapan kadar sukrosa pada buavita Kelompok 5 (lima) Sampel Buavita Berat sampel 5059,3 mg Volume blanko 41,3 ml Volume larutan tiosulfat sebelum inversi 40,8 ml Volume larutan tiosulfat setelah inversi 40,5 ml Bobot gula sebelum inverse 0,641 mg Bobot gula setelah inverse 1,002 mg Kadar gula sebelum inverse 3,17 mg/ml Kadar gula setelah inverse 101,04 mg/ml % sukrosa 0,092 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan yaitu buavita rasa apel. Sebanyak 5059,3 mg sampel digunakan untuk penetapan kadar gula asli dengan menggunakan metode ini. Volume blanko yang digunakan adalah 41,3 ml. Dalam metode ini dilakukan dua tahap percobaan yaitu tahap sebelum terjadi inversi dan tahap setelah terjadi inversi. Pada tahap sebelum inversi, larutan tio yang digunakan sebanyak 40,8 ml sehingga menghasilkan kandungan glukosa sebanyak 0,641 mg dan kadar gulanya sebesar 3,17 mg/ml. Sedangkan pada tahap setelah inversi, larutan tio yang digunakan sebanyak 40,5 ml sehingga menghasilkan kandungan glukosa sebanyak 1,022 mg dan kadar gulanya sebesar 101,04 mg/ml. Persentase kadar sukrosa diperoleh dengan cara persen gula sesudah inversi dikurangi persen gula sebelum inversi kemudian dikalikan dengan 0,95. Setelah dilakukan perhitungan, persentase kadar sukrosa yang terdapat pada buavita rasa apel yaitu sebesar 92,97% atau 0,092 gram/100 gram bahan. Berdasarkan tabel nutrition fact yang terdapat pada kemasan buavita rasa apel disebutkan bahwa kadar gula total dalam 100 gram bahan adalah 10,4 gram. Dengan demikian, kadar gula yang terdapat pada Buavita yang diperoleh dari percobaan ini tidak sesuai dengan kadar gula yang terdapat pada tabel nutrition fact karena persentase kadar gula hasil percobaan ini jauh lebih rendah dari kadar gula pada nutrition fact yang terdapat pada kemasan buavita tersebut. Hal ini dapat disebabkan, produsen buavita menggunakan gula atau pemanis buatan yang terlalu untuk meminimalkan biaya produksinya. Tabel 1 Penelitian kadar sukrosa pada buavita Kel. Sampel Sampel (mg) Blanko (ml) Tio sblm (ml) Gula sblm inversi (mg) Gula stlh inversi (mg) Kadar gula sblm inversi (mg) Kadar gula stlh inversi (mg) Tio stlh (ml) % sukrosa 2 Kecap 2042 41,3 40 1,68 0,2 0,2 7,05 39 6,5 3 Sirup 2035,5 41,3 37,9 4,32 0,53 0,53 4 40 3,29 4 Teh Sosro 5034,1 41,3 41 0,384 1,91 1,91 26,5 40,8 24,6 5 Buavita 5059.3 41,3 40.8 0.641 1.022 3.17 101.04 40.5 0.092 6 Freshtea 5060 41,3 40,2 1,416 0,38 6,9960 37,55 41 29.03 Berdasarkan hasil praktikum, maka diperoleh hasil kadar sukrosa terendah ada pada Buafita sebesar 0,092%, kemudian sirup dengan kandungan sukrosanya sebesar 3,29%, kecap dengan kandungan sukrosanya sebesar 6,5%, kemudian Teh Botol Sosro memiliki kandungan sukrosa sebesar 24,6%. Kandungan sukrosa tertinggi berada pada Fresh Tea yaitu sebesar 29,3%. kandungan sukrosa pada buafita karena gula yang digunakan telah direduksi berulang kali, sehingga kadar sukrosa yang berada di dalam Buafita hanya sebesar 0,092%. sedangkaan pada Fresh tea kandungan sukrosanya tinggi karena pada tidak mengalami pereduksian yang berulang-ulang.

 KESIMPULAN DAN SARAN 
 Kesimpulan Menentukan persen kadar gula yang terkandung dalam suatu bahan dapat dilakukan dengan cara persen gula sesudah inversi dikurangi persen gula sebelum inversi kemudian dikalikan dengan 0,95. Kadar gula yang terdapat pada Buavita yang diperoleh dari percobaan ini tidak sesuai dengan kadar gula yang terdapat pada tabel nutrition fact karena persentase kadar gula hasil percobaan ini jauh lebih rendah dari kadar gula pada nutrition fact yang terdapat pada kemasan buavita tersebut. Hal ini dapat disebabkan, produsen buavita menggunakan gula atau pemanis buatan yang terlalu untuk meminimalkan biaya produksinya. Saran Setelah melakukan praktikum penetapan kadar gula dengan metode Luff Schoorl, praktikan diharapkan mampu menentukan kadar kgula suatu bahan makanan. Dalam menentukan penetapan kadar gula ini, sebaiknya praktikan lebih cermat dalam melakukan langkah-langkah percobaan seperti penimbangan sampel awal agar tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh pada perhitungan kadar gula sampel. LAMPIRAN Tabel 1 Hasil Percobaan Penetapan kadar sukrosa pada buavita Kelompok 5 (lima) Sampel Buavita Berat sampel 5059,3 mg Volume blanko 41,3 ml Volume larutan tiosulfat sebelum inversi 40,8 ml Volume larutan tiosulfat setelah inversi 40,5 ml Bobot gula sebelum inverse 0,641 mg Bobot gula setelah inverse 1,002 mg Kadar gula sebelum inverse 3,17 mg/ml Kadar gula setelah inverse 101,04 mg/ml % sukrosa 0,092 % Tabel 1 Penelitian kadar sukrosa pada buavita Kel. Sampel Sampel (mg) Blanko (ml) Tio sblm (ml) Gula sblm inversi (mg) Gula stlh inversi (mg) Kadar gula sblm inversi (mg) Kadar gula stlh inversi (mg) Tio stlh (ml) % sukrosa 2 Kecap 2042 41,3 40 1,68 0,2 0,2 7,05 39 6,5 3 Sirup 2035,5 41,3 37,9 4,32 0,53 0,53 4 40 3,29 4 Teh Sosro 5034,1 41,3 41 0,384 1,91 1,91 26,5 40,8 24,6 5 Buavita 5059.3 41,3 40.8 0.641 1.022 3.17 101.04 40.5 0.092 6 Freshtea 5060 41,3 40,2 1,416 0,38 6,9960 37,55 41 29.03 Contoh perhitungan (Buavita) Sebelum inversi = ml blanko – ml contoh = 41,3 – 40,8 = 0,5 ml tio = (0,5 ×0,0533 )/0,1 = 0,267 x 2,4 Kandungan glukosa = 0,6408 mg fp sebelum = (250 × 250 )/(50 × 5) = 250 Kadar gula = (0,6408 × 250 ×100 )/5059,3 × 100 = 3,17 mg/ml Sesudah inversi = ml blanko – ml contoh = 41,3 – 40,5 = 0,8 ml tio = (0,8 ×0,0533 )/0,1 = 0,426 x 2,4 Kandungan glukosa = 1,0224 mg fp sebelum = (250 × 250 ×100 )/(50 × 5 ×5) = 5000 Kadar gula = (1,0224 × 5000 )/5059,3 × 100 = 101,04 mg/ml Kadar glukosa = (% gula sesudah inverse – gula sebelum inverse) x 0,95 = (101,04 – 3,17) x 0,95 = 92,97% = 0,092 gram/100 gram bahan

 DAFTAR PUSTAKA
 Anonim. 2001. Luff Schoorl. www.wikipedia.org/Luff Schoorl (16 April 2010)
 Apriyanto A. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
 Aulana L. 2005. Pemanfaatan hidrolisis pati sagu untuk produksi asam laktat oleh Lactobassilus casei FNCC 266. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hartati NS dan Titik KP. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat. Yogyakarta. Kanisius Swantara DIM. 1995. Kromatografi Cair Kerja Tinggi Beberapa Senyawa Monosakarida dan Dosakarida serta Penerapannya Untuk Analisis Madu dan bahan Jenis lainnya. [Tesis]. Bandung : Universitas Padjadjaran.
 Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More